Hatiku selalu bilang untuk melakukan sesuatu dengan benar. Namun selalu ada dua sisi yang mengikuti kita, sisi baik dan sisi buruk. Kedua nya seperti dua sisi pada mata uang, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kita sendiri yang dapat memilih sisi mana yang ingin dijadikan lebih dominan, sisi baik?? atau sisi buruk?? Iya, itu tergantung dari kita.
Awalnya aku selalu berusaha menjadi terlihat baik di depan orang, seperti yang orang lain lakukan. Tapi apa gunanya kalau itu bukanlah aku yang sebenarnya. Akhirnya aku harus memilih antara “terlihat baik” atau menjadi “benar-benar baik”. Sulit memang awalnya. Tapi aku lebih suka diriku yang sekarang. Tanpa harus berusaha “terlihat baik”, tapi benar-benar “berusaha menjadi baik”. Kelihatannya memang sama saja, tapi hal ini benar-benar beda.
Masa remaja…
Massa yang sangat sulit ku lewati saat itu. Aku harus menerima kenyataan bahwa orang tuaku berpisah. Aku sangat labil waktu itu. Bisa saja aku melakukan hal-hal yang “tidak baik” untuk melampiaskan segala kesedihanku. Tapi aku berfikir buat apa?? Apa harus setiap anak korban broken home jadi anak nakal, liar, dan menentang orang tua untuk melampiaskan kesedihan. Toh ini bukan akhir segalanya. Tapi ini adalah awal dari kehidupan yang haris kulalui dengan menunjukkan bahwa aku tegar.
Tapi bukan berarti aku langsung bisa menerima semua saat itu. Semua butuh proses, dan proses yang cukup lama buatku untuk menerima semua kenyataan itu.
Yang aku ingat, kedua orang tuaku selalu memberi pengertian padaku tentang apa yang terjadi. Tapi aku hanya diam, diam, dan menangis.
Sahabat… Itulah yang satu-satunya aku punya pada saat itu. Selalu menghibur, mensupport tanpa henti. Sampai akhirnya aku harus mencari suatu kesibukan untuk melupakan rasa sedih dan kesepianku. Berbagai macam organisasi aku ikuti saat SMA, tak peduli berapa letih badanku. Tapi aku senang dan sangat terhibur. Banyak sahabat, teman, yang membuat hariku semakin berwarna. Di sinilah proses kedewasaanku terjadi. Tidak ingin dianggap anak korban broken home yang jadi “anak nakal”, tapi akhirnya aku membuktikan semua dengan prestasi. Aku bangga, ya semua karena teman dan sahabat yang aku punya.
Memasuki kuliah, aku menyadari tidak semua yang kita anggap buruk itu benar-benar buruk. Aku mulai melihat, berfikir, dan menyadari betapa kedua orang tuaku sangat menyayangiku meski mereka telah berpisah. Berapa besar usaha dan pengorbanan mereka untukku, dan kasih sayang yang tiada henti mereka berikan padaku. Berlahan-lahan aku mulai menyadari betapa berdosanya aku saat aku merasa marah kepada mereka, sedangkan mereka terus bersabar dan tak sedikitpun mengurangi kasih sayangnya padaku.
Taukah kawan, kasih sayang orang tua kita itu tersirat, bukan tersurat. Bagaimanapun keadaan dan sikap mereka, ketahuilah bahwa mereka sangat sangat sangat menyayangi kita.
Semua yang kulakukan saat ini, aku kuliah, belajar, dan berusaha untuk menjadi kebanggaan kedua orang tua. Karena seberapa besar materi yang kita berikan kepada mereka tidak akan cukup membayar semua curahan kasih sayang dan perhatian mereka sejak kita lahir sampai saat ini. Bagaimanapun keadaan orang tua kita, haruslah kita tetap memberi perhatian dan kasih sayang kepada mereka. Bukan untuk membalas budi, tetapi untuk menunjukkan betapa kita menyayangi mereka.
Berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua, selagi mereka masih ada di sisi kita.